Chairil Anwar adalah sosok yang populer melalui puisi-puisi ekspresionismenya. Beliau dikenal sebagai sastrawan legendaris Indonesia. Salah satu karya puisinya yang cukup populer hingga kini, berjudul "Karawang-Bekasi". Puisi tersebut menceritakan sebuah fenomena sejarah kepatriotan penduduk suatu kota, yakni Kota Bekasi. Namun sayang, kisah heroik itu nyaris punah dan terlupakan saat agresi Belanda tahun 1948 menggempur wilayah Bekasi dan Karawang. Beruntung kisah tersebut terangkum indah dalam himpunan kata-kata dalam puisi "Karawang Bekasi".
Kini masa-masa itu telah usai. Tahun demi tahun berganti dan jaman terus berubah. Kota Bekasi kini menjelma menjadi kota metropolitan. Yang berkembang dan terus maju. Permasalahan bukan lagi berjuang mati-matian melawan Belanda. Akan tetapi, lebih kepada bagaimana masyarakat yang terlahir di Bekasi berjuang untuk mewujudkan Bekasi sehat, cerdas, bersih, tentram, damai, maju dan bersyariah.
Kini 1948 telah berlalu, hendaklah 2015 ini menjadi langkah baru menuju Bekasi yang mulia. Dulu Chairil Anwar dengan "Karawang Bekasi". Kini persaksikanlah, Handry Lumban Purba(LP) melalui "Bekasi Berlumur Dilema".
Bekasi
Berlumur Dilema
Karya Handry
Lumban Purba
Bekasi, 09 April
2015
Khalayak itu terlahir entah dimana
Namun di tanah ini kalian dan mereka berpijak
Datang bertamu dengan balutan hasrat
Congkak, acuh kemudian gemar merusak
Panas terik kota yang berdebu
Bagai wadah besar penampung ragam alasan
Menyulap segala
hamparan jiwa-jiwa
Aku ucapkan selamat datang di ladang tuhan
Masih adakah yang tidak mengenal kota ini?
Telusurilah, kelak kau temukan inilah tanah surga
Tempat bertarungnya para pendosa
Lahan terindah para pemburu pahala
Harta, tahta serta wanita
Tersedia istimewa di atas meja hidangan
Santapan terbaik bertahan di dunia
Lantas kemana semua itu membawa kita
Ku beritakan kepada alam raya
Inilah kota kelahiranku
Yakni Bekasi, wilayah terpatriot di Nusantara
Berlumuran dilema demi merebut arti bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar