Minggu, 06 September 2015

Contoh Skripsi Komunikasi Jurnalistik (Topik Demokrasi Dalam Rubrik Opini Pada Harian Umum Media Indonesia Edisi April 2012)



MEDIASI(Media Bekasi)- Berikut ini adalah contoh skripsi dengan menggunakan analisis wacana Teun Van Dijk. Dengan judul skripsi, "Topik Demokrasi Dalam Rubrik Opini Pada Harian Umum Media Indonesia Edisi April 2012". Disusun oleh Handry Lumban Purba. Apabila postingan ini yang anda cari, silahkan amati dan modifikasi. Selamat membaca, semoga bermanfaat.

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Apa yang diketahui manusia tidak luput dari peran media massa. Terpaan media massa terhadap kehidupan manusia sangat tidak mungkin dihindari. Hal ini sudah cukup menunjukkan bagaimana hebatnya perkembangan komunikasi massa yang begitu pesat. Macam-macam informasi bisa didapatkan dan disebarkan kepada khalayak luas dengan secepat-cepatnya.
Komunikasi massa menurut Nurudin (2007:3) adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Dan media massa yang dimaksud adalah media massa hasil produk teknologi yang sudah modern. Selain dari pada itu, komunikasi massa membutuhkan penapis informasi atau regulator. Yaitu beberapa orang individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi kepada khalayak luas melalui media massa.
Kini, banyak orang mulai menyadari begitu pentingnya media massa dalam memberikan berbagai macam informasi. Kebutuhan informasi yang semakin tinggi saat ini mulai diimbangi dengan munculnya beragam media massa. Baik media massa dalam bentuk cetak maupun elektronik. Wujud media massa antara lain yaitu, surat kabar, majalah, televisi, radio, buku, internet.
Berkembangnya teknologi informasi pada era globalisasi, media massa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Bermunculannya berbagai media cetak seperti surat kabar maupun majalah memberikan khalayak pilihan pesan yang semakin beragam. Realita yang nampak adalah, manusia memang memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap informasi. Oleh karena itu, berbagai media massa diberdayakan oleh pengelolanya dengan kesadaran akan kekuatan fungsi dan manfaat media massa itu sendiri.
Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, menjabarkan fungsi-fungsi pers sebagai berikut:
1.      Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di dunia ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan sebagainya.
2.      Fungsi mendidik (to education)
Fungsi kedua pers adalah mendidik. Pers merupakan sarana pendidikan massa (mass educations), surat kabar dan majalah adalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi ini bisa secara imflisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana.
3.      Fungsi menghibur (to entertaint)
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar atau majalah untuk mengimbangi berita-berita berat hard news dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah yang bersifat hiburan dapat berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur dan sebagainya. Meskipun pemuatan isi mengandung hiburan, ini semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca disuguhi berita informasi yang berat.
4.      Fungsi mempengaruhi (to influence)
Fungsi terakhir adalah fungsi mempengaruhi. Yang menyebabkan pers mempunyai peran penting dalam masyarakat. Salah satunya bisa melalui media yang beredar di masyarakat, baik itu media cetak atau media elektronik.
Keempat fungsi media diataslah yang menempatkan media massa pada posisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada era reformasi seperti sekarang ini, media merupakan salah satu alat yang sangat efektif, efisien dan strategis dalam mengajak dan mempengaruhi khalayak. Sebaliknya, khalayak pun dapat berpartisipasi di dalamnya sebagai wujud peran serta dalam memberikan ide, gagasan, maupun kritikan terhadap pers ataupun pemerintah.
Peran khalayak terhadap pemerintah, media ataupun layanan publik bisa disalurkan melalui media massa. Pada surat kabar dapat ditemui rubrik opini yang berisikan artikel lepas dan surat pembaca. Hal ini memudahkan khalayak menyampaikan gagasan dan opininya dengan cepat dan serentak kepada khalayak yang lainnya. Artikel dan surat pembaca, menjadi persembahan media massa untuk mewadahi aspirasi masyarakat.
Biagi (2010-28), berpendapat industri media menyediakan informasi dan hiburan. Akan tetapi, media juga dapat memengaruhi institusi politik, sosial dan budaya. Walaupun media secara aktif memengaruhi masyarakat, mereka juga mencerminkannya, dan para cendikiawan terus-menerus berusaha keras untuk menggambarkan perbedan-perbedaannya.
M. Arief Hakim (2008-44), menjelaskan artikel sebenarnya merupakan karya tulis yang bersifat umum dan luas, bisa berupa opini bahkan bisa juga berupa berita.Cuma, lazimnya artikel diidentifikasi sebagai tulisan yang bersifat opini.
Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia Penulisan Berita dan Feature membedakan jenis artikel sebagai berikut:
1.      Artikel praktis
Artikel praktis lebih menekankan pada aspek ketelitian dan keterampilan daripada masalah pengamatan dan pengembangan pengetahuan serta analisis peristiwa. Artikel praktis biasanya ditulis dengan menggunakan pola kronologis.
2.      Artikel ringan
Artikel ringan lazim ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja, wanita, keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak mengangkat topik bahasan yang ringan dengan cara penyajian yang ringan pula, dalam arti tidak menguras pikiran kita.
3.      Artikel halaman opini
Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom dan surat pembaca. Artikel opini mengupas masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat.
4.      Artikel analisis ahli
Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli atau pakar dibidangnya dalam bahasa yang populer dan komunikatif. Artikel analisis ahli mengupas secara tajam dan mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi sorotan dan bahan pembicaraan hangat masyarakat.
Sekarang ini sudah begitu lumrah media massa menghadirkan berita dengan topik politik. Hingga artikel yang dimuat pada suatu media massa sangat erat kaitannya dengan tulisan yang berbau politik. McQuail dalam bukunya Mass Communication Theory, mengatakan bahwa teori ini lahir dalam masyarakat liberal yang sudah maju. Ia lahir sebagai “reaksi atas komersialisasi dan monopolisasi media yang dimiliki swasta dan sebagai reaksi atas sentralisme dan birokratisasi institusi-institusi siaran publik, yang timbul dari tuntutan norma tanggung jawab sosial.
Teori tersebut mencerminkan sebuah kekecewaan terhadap partai-partai politik yang mapan terhadap sistem demokrasi perwakilan yang terlihat tercerabut dari akar rumput asalnya. Inti dari teori partisipan demokratik terletak pada kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan  dan aspirasi-aspirasi pihak penerima pesan komunikasi dalam masyarakat politis.
Demokrasi itu sendiri adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani demokratia "kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata demos "rakyat" dan Kratos "kekuasaan".
Dan menurut Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya, (http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi) mendefinisikan demokrasi sebagai "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Hal ini berarti kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.
H.A Chozin Chumaidy (2006-12), menjelaskan, sebagai suatu sistem yang telah mendapatkan pengakuan yang tinggi oleh seluruh bangsa apabila dihadapkan dengan realitas aplikasinya, demokrasi cenderung  “kehilangan”  makna dan nilai-nilai luhurnya. Hal ini barang kali disebabkan demokrasi sebagai suatu sistem yang sarat dibebani harapan dan nilai-nilai budaya lokal yang mempengaruhi persepsi dan pemahaman terhadap demokrasi itu sendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh Giovanni sartori bahwa “sepanjang kehidupan berjalan, demokrasi memperoleh arti berbeda-beda pula”. Sebagaimana contoh hampir setiap negara akan berbeda dalam mengaplikasikan demokrasi sesuai dengan muatan-muatan lokal yang ada.
William Liddle dalam bukunya Memastikan Arah Baru Demokrasi, mengungkapkan pendapat yang menyatakan bahwa gagasan atau ide dan peristiwa politik menentukan wujud sistem politik bukan hal yang baru dalam ilmu literatur ilmu politik. Para teoritisi demokrasi tahu betul bahwa hakikat demokrasi sesungguhnya bukan terletak pada sistemnya, melainkan pada nilai (value) atau norma (norm) politik yang terdapat dalam masyarakat. Norma politik merupakan patokan atau pedoman bagi masyarakat untuk bertingkah laku politik. Nilai atau norma memberikan batasan tentang apa yang boleh dan tidak untuk digunakan. Dengan kata lain, alam pikiran manusia mempengaruhi tingkah laku politiknya.
Norma politik, kadang-kadang disebut juga dengan istilah budaya politik, dibentuk oleh bermacam-macam faktor. Diantaranya yang penting adalah keyakinan (belief) terhadap kekuasaan, pengetahuan, persepsi, dan informasi tentang aturan-aturan, prosedur, mekanisme dan objek-objek politik (ideologi, lembaga-lembaga politik, penguasa, kebijakan pemerintah).
Dalam filsafat ilmu politik pemikiran Montesquieu mengenai Trias Politika berkaitan dengan aliran filsafat idealisme karena sangat menekankan kepada demokrasi dalam tubuh pemerintahan yang tidak dapat ditemui dalam aliran filsafat lainnya. Trias Politika berasal dari bahasa Yunani (Tri=tiga; As=poros/pusat; Politika=kekuasaan) yang merupakan salah satu pilar demokrasi, prinsip trias politika membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Konsep dasarnya adalah kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda. Lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan. Dengan adanya pemisahan kekuasaan ini, akan terjamin kebebasan pembuatan undang-undang oleh parlemen, pelaksanaan undang-undang oleh lembaga peradilan, dan pelaksanaan pekerjaan negara sehari-hari oleh pemerintah. (http://felixsharieff.wordpress.com/2009/12/15/pemikiran-montesqieu-mengenai-trias-politika/)
Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai demokrasi itu ada dalam sebuah tulisan artikel pada surat kabar, maka penulis memilih cara tepat untuk menganalisis hal tersebut. Dengan menggunakan analisis wacana Van Dijk penulis mencoba mengungkapkan struktur tulisan pada  artikel yang akan diteliti. Penelitian tidak didasarkan dengan menganalisis teks semata. Tetapi dengan dengan melihat juga struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka penulisan sebuah artikel sangat menarik untuk diteliti melalui analisis Van Dijk ini. Adapun artikel yang dipilih dalam skripsi ini diambil dari Harian Umum Media Indonesia. Seringkali HU Media Indonesia memunculkan artikel yang memaparkan masalah politik. Namun, bagaimana pesan demokrasi ini dikemas dan beredar ditengah khalayak yang menganut sistem demokrasi. Sedangkan judul yang diambil adalah, Topik Demokrasi Dalam Rubrik Opini PadaHarian Umum Media Indonesia(Analisis Wacana Teun Van Dijk pada Rubrik Opini).

B. Rumusan Masalah

Selanjutnya, permasalahan dalam latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana penulisan artikel dalam kolom opini HU Media Indonesia?
2.      Bagaimana muatan nilai-nilai demokrasi disusun dan dirangkai dalam kolom opini di H.U Media Indonesia?
3.      Bagaimana Struktur artikel dalam kolom opini HU Media Indonesia mampu mempengaruhi opini publik?

C.    Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, pada hakikatnya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam poin Perumusan Masalah di atas, yaitu:
1.      Untuk mengetahui apa yang dikatakan dipenulisan artikel dalam kolom opini di H.U Media Indonesia
2.      Untuk mengetahui teknik menyusun dan merangkai muatan demokrasi dalam artikel di kolom opini pada HU Media Indonesia
3.      Untuk mengetahui adanya daya mempengaruhi opini publik dalam kolom opini pada HU Media Indonesia

D.    Kegunaan Penelitian

1.      Secara teoritis ataupun metodologis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian pada bidang yang sama, sehingga berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan perkembangan ilmu jurnalistik pada khususnya.
2.      Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Harian Umum Media Indonesia dalam menampung segala tulisan masyarakat, terutama tulisan artikel pada kolom opini.

E.     Kerangka penelitian

Kerangka Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani (demos) "rakyat" dan (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM. Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak (rakyat).
Demokrasi terbentuk menjadi suatu sistem pemerintahan sebagai respon kepada masyarakat umum di Athena yang ingin menyuarakan pendapat mereka. Dengan adanya sistem demokrasi, kekuasaan absolut satu pihak melalui tirani, kediktatoran dan pemerintahan otoriter lainnya dapat dihindari. Demokrasi memberikan kebebasan berpendapat bagi rakyat, namun pada masa awal terbentuknya belum semua orang dapat mengemukakan pendapat mereka melainkan hanya laki-laki saja. Sementara itu, wanita, budak, orang asing dan penduduk yang orang tuanya bukan orang Athena tidak memiliki hak untuk itu.
Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokrasi yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis. Bagi Gus Dur, landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang, dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya, sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masalah keadilan menjadi penting, dalam arti setiap orang mempunyai hak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi hak tersebut harus dihormati dan diberikan peluang serta pertolongan untuk mencapai hal tersebut.
Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik dan sosial. Hal tersebut terkandung dalam prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi ini  dapat ditinjau dari pendapat Almadudi (http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi) yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi". Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:
  1. Kedaulatan rakyat
  2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
  3. Kekuasaan mayoritas
  4. Hak-hak minoritas
  5. Jaminan hak asasi manusia
  6. Pemilihan yang bebas dan jujur
  7. Persamaan di depan hukum
  8. Proses hukum yang wajar
  9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
  10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
  11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Ciri pemerintahan demokrasi bisa dilihat dari Pemilihan umum secara langsung yang mencerminkan sebuah demokrasi yang baik. Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
  1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
  2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara).
  3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
  4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum
  5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
  6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
  7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.
  8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
  9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya).
Adapun analisis yang digunakan untuk meneliti artikel dengan menggunakan analisis wacana Van Dijk. Eriyanto, (2001:221) menjelaskan model yang dipakai Van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial”. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan:
a.       Struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.
b.      Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
c.       Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.

Tabel 1 Elemen Wacana Van Dijk
Struktur wacana
Hal yang diamati
Elemen
Struktur Makro
TEMATIK
(Apa yang dikatakan?)
Topik
Superstruktur
SKEMATIK
(Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro
SEMANTIK
(Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Latar, detail, maksud, pra anggapan, nominalisasi
Struktur Mikro
SINTAKSIS
(Bagaimana pendapat dapat disampaikan?)
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
Struktur Mikro
STILISTIK
(Pilihan kata apa yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro
RETORIS
(Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan?)
Grafis, Metafora, Ekspresi

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, namun semua elemen itu merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Untuk memperoleh gambaran ihwal elemen-elemen struktur wacana tersebut, berikut akan dijelaskan singkat tentang elemen tersebut.
1.      Tematik
Secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan”, atau “sesuatu yang telah ditempatkan”. Sebuah tema bukan merupakan hasil dari seperangkat elemen yang spesifik, melainkan wujud-wujud kesatuan yang dapat kita lihat di dalam teks atau bagi cara-cara yang kita lalui agar beraneka kode dapat terkumpul dan koheren. Kata tema kerap disandingkan dengan apa yang disebut topik. Topik secara teoritis dapat digambarkan sebagai dalil (proposisi), sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana dan memainkan peranan penting sebagai pembentuk kesadaran sosial.
2.      Skematik
Skematik mungkin merupakan strategi dari komunikator untuk mendukung makna umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung. Apakah informasi penting disampaikan diawal, atau pada kesimpulan bergantung kepada makna yang didistribusikan dalam wacana.
3.      Semantik
Dalam pengertian umum, semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna lesikal maupun makna gramatikal.Semua strategi semantik selalu dimaksudkan untuk menggambarkan diri sendiri atau kelompok secara positif. Sebaliknya, menggambarkan kelompok lain secara buruk, sehingga menghasilkan makna yang berlawanan.
4.      Sintaksis
Sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Bentuk lain adalah dengan melakukan nominalisasi yang dapat memberikan sugesti kepada khalayak adanya generalisasi. Strategi pada level sintaksis yang lain adalah dengan menggunakan bentuk kalimat, yang berhubungan dengan cara berpikir logis yaitu prinsip kausalitas. Bentuk kalimat di sini bukan hanya pada persoalan kebenaran teknis tata bahasa, tetapi menentukan makna dari susunan kalimat.
5.      Stilistik
Pusat perhatian stilistik adalah padan style yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, ragam kalimat, majas dan citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
6.      Retoris
Strategi dalam level retoris di sini adalah gaya yang diungkapkan ketika seorang berbicara atau menulis. Misalnya, dengan pemakaian kata yang berlebihan (hiperbolik) atau bertele-tele. Strategi retoris juga muncul dalam bentuk interaksi, yakni bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya diantara khalayak. Di dalam suatu wacana, seorang komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok, tetapi juga kiasan ungkapan metafora, yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu teks.

F.     Metodologi penelitian

1.      Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah rubrik opini pada HU Media Indonesia edisi april 2012. Peneliti mengambil penelitian tersebut karena peneliti ingin mengetahui isi pesan yang disampaikan dalam rubrik opini pada HU Media Indonesia edisi april 2012.

2.      Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk. Penelitian bertujuan untuk mengetahui muatan demokrasi yang disampaikan dalam rubrik opini pada HU Media Indonesia Edisi April 2012.

3.      Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara:
a.       Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen dan data-data mengenai tulisan teks rubrik opini yang akan diteliti.
b.      Studi kepustakaan, yaitu usaha-usaha untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori serta konsep-konsep yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

4.      Teknik Analisis Data

Analisis data yang peneliti lakukan menggunakan metode kualitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Mengumpulkan data dan mengecek data dengan menggunakan tabel dan kategori
b.      Mengklasifikasi data sesuai dengan kategorisasi yang telah dibuat yaitu kategori isi pesan dan kategori teknik pesan
c.       Mendeskripsikan data
d.      menyimpulkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunitas Pinggir Kontrakan

Komunitas Pinggir Kontrakan
K.P.K

Keripik Daun Melinjo

Keripik Daun Melinjo
Khas Bekasi