Siapa bilang
dokter hanya bisa memberi resep obat saja. Profesi dokter diyakini banyak
kalangan adalah pekerjaan yang serius. Lalu para dokter sangat terbiasa dengan
dua kata, yakni “sakit” dan “sembuh”. Namun siapa sangka, jika dokter pun
memiliki sisi lain yang cukup luar biasa. Jika kita melihat sepak terjang ke
tiga dokter ini, tentu kita akan ikut terinspirasi dan termotivasi. Bagaimana
tidak terinspirasi, 3 dokter pria ini justru menunjukkan kualitas hebat dalam
bakatnya yang lain.
Sebenarnya cukup
banyak dokter yang cukup terkenal di Indonesia. Baik itu karena ketampanan dan
kecantikannya. Bisa juga karena kekaguman banyak orang karena prestasi yang
dimilikinya. Namun dalam tulisan singkat ini, cukup tiga dokter yang dianggap
mampu menginspirasi kita semua. Oleh sebab itu kehebatan ketiga sosok dokter
ini layak untuk disimak oleh kita semua.
Ketiga dokter ini
memang cukup cemerlang di dunia kesehatan. Namun jangan remehkan mereka dalam
bidang lain. Sebab ketiganya menuai pujian dalam bidang yang lain. Siapa
sajakah mereka? Ini dia 3 dokter yang menginsipirasi kita semua.
A. Dokter
Tompi
Tompi lahir di
Lhokseumawe, Aceh, 22 September 1978. Dia adalah seorang penyanyi Jazz juga pembawa acara di Indonesia. Tompi
dikenal melalui album Bali Lounge dan juga solo albumnya.
Lahir dan besar
di Lhokseumawe Aceh, karakter vokalnya dipengaruhi oleh nyanyian tradisional
Aceh dan mengaji Al-Qur'an.
Selain menyanyi,
pemilik nama lahir Teuku Adifitrian adalah seorang dokter lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Dan telah meraih gelar spesialis bedah
plastik juga dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2010.
Dirinya pun merilis albumnya bersama penyanyi Alda Rizma Elfariani. Baginya,
bernyanyi bukanlah sebuah alih profesi, melainkan pekerjaan sampingan yang
menyenangkan.
Tompi pun
memiliki kisah yang dibukukan mengenai kisahnya sebagai dokter yang terjun ke
dunia entertainment sepertinya, buku tersebut berjudul The Doctors, The Untold
Stories. Dalam buku tersebut, selain terdapat kisah dokter Tompi ada pula
Dokter Boyke, Lula, dan Sonia dalam buku tersebut.
Awalnya dokter Tompi ingin menjadi seorang insinyur tapi keluarganya menginginkan Tompi menjadi seorang dokter. Bagi masyarakat Aceh, profesi dokter adalah profesi yang sangat terhormat di masyarakat. Namun Tompi justru terlebih dahulu dikenal sebagai seorang penyanyi.
Awalnya dokter Tompi ingin menjadi seorang insinyur tapi keluarganya menginginkan Tompi menjadi seorang dokter. Bagi masyarakat Aceh, profesi dokter adalah profesi yang sangat terhormat di masyarakat. Namun Tompi justru terlebih dahulu dikenal sebagai seorang penyanyi.
B. Dokter
Azhari
Sejak lulus dari
fakultas kedokteran, Azhary tidak pernah membayangkan suatu saat akan menjadi
peternak property. Profesi yang jauh dari benak maupun pikiran saat itu. Seperti
kebanyakan lulusan fakultas kedokteran, usai lulus dan bergelar dokter, dirinya
bekerja di beberapa perusahaan swasta sebagai dokter perusahaan. Kemudian pada
tahun 1987-1998 dr. Azhari menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditugaskan
sebagai dokter puskesmas di Kawasan Tangerang, Banten.
Sebagai dokter
Puskesmas Azhari bertugas dan mengabdi untuk melayani kesehatan masyarakat, dan
bertemu dengan berbagai kalangan. Namun ada mimpi besar yang ingin dicapainya
saat itu, yaitu bagaimana dirinya dapat berkiprah lebih besar bagi masyarakat
luas.
Sebagai dokter,
yang juga merangkap sebagai Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
Azhari bergaul dengan semua lapisan masyarakat. Dirinya melihat, mengetahui,
dan mengamati bagaimana sebuah wilayah berkembang. Tahun 1998, Dr. Azhari
memutuskan keluar dari PNS, mengajukan pensiun dini. Hal itu dilakukan agar
fokus mengembangkan bisnis property.
Azhari pun
langsung mendapat tantangan dari para keluarga dan juga dari kolega dokter.
Tantangan itu datang karena dirinya bukan berasal dari keturunan pengusaha.
Sambil praktek pribadi, Azhari pun
mantap menjalankan bisnis property, dengan menjadi peternak property.
Bermodal dengan
bertanya dan bertemu banyak orang, sudah pasti Azhari memiliki banyak
pengalaman menyedihkan, mengharukan dan menyenangkan. Maklum saat itu dirinya
tak memiliki mentor untuk menjalankan bisnis property, terlebih mengikuti
workshop atau pelatihan seperti saat ini.
Keyakinan itu
terus dibangkitkan untuk membunuh keraguan yang menghinggapi pikiran kecil nya
yang terkadang datang. Namun 4 (Empat) tahun kemudian, Dokter Azhari
mendapatkan keajaiban dahsyatnya menjadi peternak property, dan terus tumbuh
hingga sekarang.
3. Dokter
Mahdian Nur Nasution
Pria bernama DrMahdian Nur Nasution, SpBS, kelahiran Medan, 19 April 1976, ini akrab dengan
dunia menyunat sejak 1997. Ketika kuliah kedokteran di Universitas Indonesia,
Mahdian sering mengikuti kegiatan sosial. Salah satu bentuk kegiatan itu ialah
sunatan massal. Berawal dari kegiatan
itulah, dia sering dicari orang untuk menyunat.Dirinya pernah kebanjiran pasien
ketika musim liburan sekolah. Ratusan orang minta Mahdian datang ke rumah dan
menyunat anak laki-laki mereka. Mahdian sampai harus cuti kerja supaya bisa
melayani panggilan menyunat.
Lantas, dia
berinisiatif membangun ruang khusus bagi pasien sunat, karena tak lagi bisa
memenuhi permintaan untuk datang ke rumah pasien. Mahdian pun menyewa satu
ruangan di rumah milik temannya di daerah Matraman, Jakarta Timur. Mahdian juga
membeli peralatan seperti tempat tidur, alat sunat, hingga meja dokter sebagai
pelengkap.
Di situlah
Mahdian merintis Rumah Sunatan. Saat mendirikan Rumah Sunatan pada 2007, dia
merogoh modal tak sampai Rp 10 juta. Walaupun mengambil pendidikan dokter,
Mahdian mengaku memang selalu berniat jadi pengusaha.
Wirausaha
merupakan jiwa yang dimiliki orang yang jeli melihat peluang usaha dan
memanfaatkannya untuk membantu memudahkan hidup banyak orang. Seperti itulah,
Mahdian Nur Nasution yang berprofesi sebagai dokter, yang sejatinya mantap pula
sebagai seorang wirausahawan.
Dengan keyakinan
yang luar biasa, dalam waktu singkat orang-orang mengenal Mahdian sebagai
dokter sunat. Maklum, dia mengembangkan metode baru, smart klamp. Boleh
dibilang, dokter spesialis bedah saraf di RS Mitra Keluarga, Bekasi itu
merupakan pelopor teknik tersebut di Indonesia.
Smart klamp kian
melambungkan nama Mahdian sebagai dokter sunat. Pasiennya kian bertambah.
Bahkan kliniknya di Matraman tak lagi cukup menampung pasien. Hingga akhirnya
memutuskan membuka klinik baru di Cipinang dan Bintaro pada 2008.
Hasilnya Rumah
Sunat terus berkembang. Kini, Mahdian punya 18 cabang Rumah Sunatan di
Jabodetabek. Tiap cabang menerima sekitar 20 pasien pada bulan biasa. Jumlah
ini selalu meningkat saat musim liburan. Jumlahnya mampu mencapai 700 hingga
1.000 pasien per cabang dalam sebulan. Dari usaha khitan, ayah dari enam orang
anak ini bisa mengantongi omzet sekitar Rp 500 juta saban bulan. Cukup gemilang bersama Rumah Sunatan, kini Mahdian merintis Rumah Wasir.
Demikianlah
ulasan singkat seputar 3 dokter yang menginspirasi. Alangkah baiknya bila kita
dapat memetik pelajaran dari ketiga sosok tersebut. Semoga tulisan ini
bermanfaat untuk kita semua, amin.