Senin, 04 Mei 2015

Mendambakan Cinta Kasih Jokowi


Saat awal reformasi berdiri ketidak adilan terhadap buruh marak terjadi. Fenomena tersebut selalu terjadi mulai dari penghujung pemerintahan Presiden Soeharto hingga SBY. Kini periode itu telah usai dan diganti dengan pemerintahan Jokowi. Namun miris, kenyataannya ketidak adilan terhadap buruh masih terus berlanjut.
Coba ingat kembali saat dahulu Jokowi masih merupakan capres. Beliau hadir kepermukaan bagaikan sebuah solusi untuk segala permasalahan di negeri ini. Beragam janji beliau kampanyekan agar banyak kalangan tertarik memilihnya sebagai presiden. Tidak terkecuali kaum buruh yang menggantungkan harapannya pada beliau.
Kala itu Jokowi lantang menggemakan mengenai nawacita. Yang salah satu isinya adalah mewujudkan keadilan serta kesejahteraan kaum buruh. Dimana program tersebut menjadi satu dari sekian prioritas utama. Nawacita pun termaktub jelas di benak para buruh. Dan selalu penuh harap agar cita Jokowi tersebut segera terwujud menjadi kenyataan. Terutama pada cita ke 5, 6 dan 7.
Kini Jokowi telah resmi menjabat sebagai orang nomor satu di negara ini. Roda pemerintahannya sudah berjalan lebih dari satu semester. Namun cinta Jokowi kepada kaum buruh masih belum terbangun. Hal tersebut jelas terbukti dari belum adanya kebijakan pak presiden yang pro buruh.
Jangankan untuk menikmati kesejahteraan, keadilan saja masih menjadi barang langka bagi kaum buruh. Mulai dari pengupahan yang tidak sesuai standar UMP atau UMK hingga masalah tunjangan dan fasilitas yang masih mengecewakan. Tuntutan tersebut berulang kali disampaikan oleh buruh kepada pemerintah melalui Disnaker. Namun berulang kali pula buruh tidak merasakan hasil kinerja mereka.
Berbanding terbalik dengan nasib TNI. Pada hari kamis, 16 april silam Presiden mengumumkan kenaikan tunjangan prajurit TNI hingga 60 persen. Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam pidatonya setelah pengangkatan Presiden sebagai warga kehormatan TNI di Cilangkap, Jakarta. Mendengar hal tersebut, seluruh prajurit TNI senang dan merasa diperhatikan oleh Bapak Presiden Jokowi.
Presiden sangat jelas memperlihatkan kasih sayangnya kepada TNI. Itu terlihat dari kebijaksanaannya berjanji menaikkan tunjangan. Kepeduliannya terhadap TNI terasa begitu nyata. Lantas bagaimana bentuk kasih sayang Jokowi terhadap buruh ?
Mari kita melihat realita hidup buruh yang nyata. Seperti upah layak yang masih belum terealisasi, belum ditambahnya anggaran Jamkes dan belum dihapusnya sistem kerja Outsourcing. Itu semua sedikit contoh kenyataan pahit kaum buruh. Akan lebih banyak lagi apabila mengungkit soal perlindungan buruh.
Segala persoalan tersebut menjadi tuntutan kaum buruh saat merayakan May Day (hari Buruh) beberapa hari lalu. Dalam momentum itu kaum buruh diseluruh Indonesia melakukan aksi turun ke jalan. Hal tersebut mereka lakukan guna menyuarakan tuntutannya kepada pemerintah.
May Day pada 1 mei lalu adalah kali pertama buruh menyuarakan tuntutannya kepada pemerintahan yang baru. Buruh mengharapkan pemerintahan Jokowi serius menyelesaikan persoalan yang dihadapi kaum buruh. Pemerintah tidak boleh  merespon aspirasi buruh dengan sikap acuh tak acuh. Jangan seperti suara masuk dari kuping kanan, keluar kuping kiri.
Bersyukur peringatan hari buruh kali ini berlangsung dengan tertib dan damai. Tidak seperti tahun-tahun lalu yang kerap diwarnai aksi anarkis. Cara buruh menyuarakan tuntutannya kemarin patut diapresiasi oleh kita semua. Buruh kembali memilih untuk bersabar menantikan gebrakan dari sang pemimpin. Seakan buruh memberi izin kepada pemerintah untuk segera memperbaiki kerusakan di sektor Ketenagakerjaan.
Intinya buruh ingin didengar dan di perhatikan juga. Tuntutan yang disuarakan harus bisa segera menemukan titik terang. Pemerintah harus lebih sigap lagi mengurus persoalan buruh. Apabila tidak, tentu akan berdampak buruk bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi negara.
Sebagai orang yang berkedudukan tinggi dan membawahi seluruh menteri, Jokowi memiliki wewenang dan otoritas. Tentunya kaum buruh mengidamkan cinta dari sang pemimpin negara ini. Tidak jauh berbeda dengan prajurit TNI, kaum buruh juga perlu diperhatikan nasibnya.
Idealnya cinta atau kasih sayang itu akan terasa sempurna apabila mencukupi tiga hal. Pertama, mencintai dengan hati. Kedua, mengutarakan cinta melalui lisan atau ucapan dan tulisan. Ketiga, menunjukkan melalui sikap dan perbuatan.
Apabila Jokowi benar-benar sayang pada kaum buruh yang juga bagian dari rakyatnya, tentu tiga hal tadi akan diamalkan oleh beliau. Jokowi tidak boleh hanya menyayangi buruh dengan hati dan ucapan saja. Cinta dan sayang itu perlu pembuktikan.
Kaum buruh sangat merindukan perhatian dari seorang pemimpin negara. Buruh begitu mendambakan kasih sayang Jokowi. Diharapan presiden mampu membuktikannya lewat tindakan nyata. Yang jelas, apabila benar pak presiden peduli nasib kaum buruh, tentunya beliau akan memberi kaum buruh sebuah kepastian. Kepastian apa? Tentunya kepastian tindakan yang menghadirkan rasa keadilan dan kesejahteraan.
Penulis: Handry Lumban Purba
Alamat: Bantargebang, Bekasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunitas Pinggir Kontrakan

Komunitas Pinggir Kontrakan
K.P.K

Keripik Daun Melinjo

Keripik Daun Melinjo
Khas Bekasi