1. Persamaan Sidratul Muntaha dengan Mitologi Djambu
Baros
A. Arab
Sidratul Muntaha menurut kepercayaan Islam
adalah sebuah pohon bidara yang menandai akhir dari langit/Surga ke tujuh,
sebuah batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya. Dalam kepercayaan ajaran
lain ada pula semacam kisah tentang Sidrat al-Muntahā, yang disebut sebagai
"Pohon Kehidupan".
Sidratul Muntaha digambarkan sebagai Pohon
Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai langit keenam hingga langit ketujuh.
Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu.
Menurut Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di
bawah 'Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah
makhluk ciptaan Allah.
B. Batak
Djambu Baros adalah pohon kehidupan di
mitologi Batak, Sumatera Utara. Pohon ini hanya tumbuh di surga. Jiwa seseorang
yang disebut Tondi dapat memetik daun dari pohon ini sebelum jiwa tersebut
dilahirkan sebagai manusia di dunia. Pada setiap daun itu tertulis hal-hal
seperti keberuntungan, kekayaan, kesehatan dan lain-lain. Tergantung dari daun
yang dipetik maka manusia yang dilahirkan akan memiliki berkah seperti yang
tertulis pada daun itu.
2. Sama-sama Memiliki Kebiasaan Berkuda
A. Batak
Asal-usul nama etnik Batak merupakan hasil
dari budaya maupun sejarah. Batak merupakan satu kata dari bahasa Batak sendiri
yang artinya penunggang kuda. Dari sisi inilah nama Batak muncul. Nama ini
sudah sejak lama ada. Pengertian Batak sebagai orang yang mahir menaiki kuda
memberi gambaran pula bahwa suku itu dikenal sebagai suku yang memiliki jiwa
keras, berani dan perkasa. Kuda merupakan perlambang kejantanan, keberanian di
medan perang, atau kegagahan dalam menghadapi bahaya serta rintangan.
B. Arab
Sedangkan kebanggaan bagi orang Arab
adalah kemahiran menunggang kuda. Kemahiran berkuda ini pada mulanya hanya
sekedar untuk kepentingan pengemberah di tengah padang pasir demi keperluan
perniagaan. Jarak tempuh yang sangat jauh, menuntut tersedianya sarana
transportasi yang memadai. Oleh sebab itu, kemahiran mengendalikan kuda,
satu-satunya sarana yang mampu berpacu dengan waktu.
Hal tersebut merupakan kebutuhan utama
dalam kehidupan orang-orang Arab. Akan tetapi lambat laun, kuda tidak hanya
menjadi sarana angkut, tetapi juga sangat efektif untuk kepentingan pertahanan.
Setelah disatukan dengan kepandaian memanah, yang mereka peroleh dari Afrika,
jadi kemahiran berkuda berkembang sedemikian rupa, hingga memunculkan teknologi
perang yang cukup maju ketika itu.
3. Persamaan Karakter Bangsa Arab dan Bangso Batak
A. Arab
Pertama, orang Arab kalau berbicara
biasanya dengan suara keras dan meledak-ledak. Kedua, mereka sangat suka
berdiskusi dan berdebat panjang tentang suatu masalah. Ketiga, dalam
mempertahankan pendapat, mereka cenderung untuk terus bertahan alias keras
kepala agar pendapatnya diterima.
Kadang kalau mendengarkan mereka berdebat
dalam bahasa Arab, seperti orang yang sedang berkelahi. Perdebatan berlangsung
panjang dan lama. Namun setelah selesai berdebat, mereka seperti biasa kembali.
Seolah-olah tidak terjadi suatu apapun, tapi tidak tahu apa isi benak mereka
masing-masing.
Sifat-sifat seperti ini cenderung ada pada
orang Arab. Tidak heran, kalau terjadi konflik terus menerus di jazirah Arab
sana. Keengganan mereka untuk mengalah seolah-olah mencerminkan kekerasan hati
mereka. Di balik itu, mereka sangat menghormati keputusan yang sudah diambil,
walaupun harus mengalah. Mereka juga cenderung untuk tunduk pada keputusan yang
diambil oleh pemimpinnya.
B. Batak
Dan orang Batak pada umumnya pun
(kebanyakan), kalau berbicara pasti dengan volume suara yang keras, sehingga
membuat orang lain langsung menoleh, (dikira sedang berkelahi atau bertengkar).
Rupanya orang Batak agak sulit melepaskan logat khasnya yang kental, terutama
BTL (Batak Tembak Langsung).
Istilah kasar yang melekat pada orang
Batak, ini sepertinya agak salah, karena pada dasarnya orang Batak tidak kasar.
Hanya saja, mungkin karena suaranya yang keras dan ceplas ceplos. Sehingga
orang-orang sering mengatakan kalau orang Batak tidak sopan.
Beberapa istilah Batak yang sering
terucap, juga hanya spontanitas. Salah satu karakter orang Batak yang memang
menonjol adalah rasa ingin menang sendiri, yang berarti tidak mau kalah. Lalu
ada satu lagi karakter orang Batak yaitu mendominasi. Hal ini terlihat ketika
orang Batak terlibat dalam suatu obrolan dengan beberapa orang. Apabila
diperhatikan, biasanya orang Bataklah yang paling banyak bicara, dan sepertinya
pendapat dia lah yang paling benar.
4. Orang Arab dan Batak Gemar Menepati Janji, Terbuka,
Terus Terang dan Jujur
A. Arab
Orang Arab enggan berbohong dan
menganggapnya aib. Mereka juga enggan ingkar janji. Oleh karena itu, kesaksian
(syahadat) mereka dengan lisan sudah dianggap cukup bahwa mereka telah memeluk
Islam. Keengganan mereka untuk berbohong bisa dibuktikan melalui kisah Abu
Sufyan saat diundang Heraklius untuk ditanya mengenai Rasulullah.
Abu Sufyan berkata, “Kalaulah aku tidak
malu pada orang-orang disekitarku tentang Muhammad, pastilah aku akan
berbohong”.Menepati janji merupakan sifat dasar masyarakat Arab, kemudian Islam
datang dan mengarahkan sifat tersebut ke jalan yang benar.
B. Batak
Orang Batak pun boleh bangga dengan sifat
keterusterangan Suku Batak. Batak punya etos yang baik dibalik logatnya yang
mungkin tidak enak didengar. Keterusterangan suku Batak ini patut diancungi jempol.
Memang suku batak tidak pandai bermulut manis, namun hal ini berdampak baik.
Mereka cenderung mengungkapkan semua kebenaran atau isi hatinya tanpa
memperindah makna aslinya. Pribadi yang ‘blak-blakan’ mengandung makna dan
karakter apa adanya.
Jika menilik dari segi profesi, sifat ini
sangat menguntungkan bagi orang Batak. Sifat ‘blak-blakan’ suku batak membuat
mereka sukses jika terjun di dunia hukum, khususnya pengacara. Spekulasi logis
dan apa adanya membuat mereka selalu dipercaya meng-handle suatu perkara.
Orang-orang Batak adalah suku yang banyak dipercaya klien menyelesaikan perkara
mereka. Di sisi lain menunjukkan kesportifan mereka.
5. Arab Menghargai Nasab, Batak Menghargai Tarombo
A. Arab
Nasab secara etimologi bererti al qorobah
(kerabat), kerabat dinamakan nasab kerana antara dua kata tersebut ada hubungan
dan keterkaitan. Berasal dari frasa "nisbatuhu ilaa abiihi nasaban"
(nasabnya kepada ayahnya), Ibnus Sikit berkata,"Nasab itu dari sisi ayah
dan juga ibu”.
Sementara sebahagian ahli bahasa
mengatakan, "Nasab itu khusus pada ayah, artinya seseorang dinasabkan
kepada ayahnya saja dan tidak dinasabkan kepada ibu kecuali dalam keadaan luar
biasa. Peletakan nama bin (anak laki-laki) dan binti (anak perempuan) yang
disertai dengan nama ayahnya setelah nama anaknya adalah sesuatu yang
disyariatkan di dalam agama Islam.
Firman Allah yang artinya: “Panggilah
mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka”. (QS.
Al Ahzab : 5).
Di dalam ayat itu Allah swt meminta agar
setiap anak dinisbahkan kepada ayahnya tidak kepada ibunya. Allah swt
menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal
mengenal.
Realiti berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
ini tidak akan diketahui tanpa adanya saling kenal mengenal dan interaksi
kecuali dengan mengetahui nasab-nasab mereka dan memeliharanya dari
ketercampuran dan kerancuan dari nasab-nasab orang selainnya.
B. Batak
Tarombo Batak yaitu silsilah garis
keturunan secara patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi
masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak
hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan Natolu. Tarombo adalah
silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak
mengetahui posisinya dalam marga. Bila orang Batak berkenalan pertama kali,
biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo.
Hal tersebut dilakukan untuk saling
mengetahui apakah mereka saling "mardongan sabutuha" (semarga) dengan
panggilan "ampara" atau "marhula- hula" dengan panggilan
"lae/tulang".Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus
memanggil "Namboru" (adik perempuan ayah/ bibi), "Amangboru/
Makela", (suami dari adik ayah/ Om) "Bapatua/ Amanganggi/
Amanguda"(abang/ adik ayah), "Ito/boto" (kakak/ adik), Pariban
atau Boru Tulang (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan
istri, dst.Sedangkan marga adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan
ayah (patrilineal) Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan
selalu dihubungkan dengan anak laki laki.
Demikian sedikit ulasan mengenai 5
persamaan Bangsa Arab dengan Bangso Batak. Mungkinkah Bangso Batak memang
keturunan dekat bangsa Arab? Jawabannya, mungkin saja iya, mungkin pula tidak.
Silahkan Anda mengkajinya lebih dalam melalui sumber-sumber yang lainnya
mengenai kemiripan Bangsa Arab dan Bangso Batak.
Sumber bacaan :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sidratul_Muntaha
http://id.wikipedia.org/wiki/Djambu_Baros
http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/sejak-kapan-dan-memiliki-arti-apakah.html
http://abdrahmanzakariah.blogspot.com/2013/06/kondisi-geografis-dan-sosial-kultural_2723.html
http://cintarosul.org/kebiasaan-baik-dalam-masyarakat-jahiliyah/
Penulis : Handry Lumban Purba