Jumat, 21 Oktober 2016

Anak Muda Lupa Memandang Politik Sebagai Seni

Oleh Handry Lumban Purba

Anak Muda Lupa Memandang Politik Sebagai Seni

Ingatlah, apapun akibat yang lahir dan terjadi karena sebab-sebab politik itu merupakan suatu karya politik.



Anak muda Indonesia menjauhi politik. Realita tersebut dapat dimaklumi oleh para pengamat politik dan juga politisi senior. Masyarakat sadar betul situasi politik yang disuguhkan media sejak era reformasi, selalu mempertontonkan drama politik yang mungkin bagi sebagian anak muda tampak menjijikkan. Seperti kasus korupsi yang melibatkan kader Partai Politik(Parpol) juga egoisme partai yang mengakibatkan cacatnya beragam kebijakan. Namun wajarkah jika faktor-faktor itu menjadi dalih bagi para anak muda menjauhi partai politik?

Kepercayaan publik terhadap partai politik menurun


Saya coba menjawabnya dengan cukup diplomatis. Memang sulit dipungkiri kasus korupsi dan sikap egoisme partai berpotensi menghadirkan suatu masalah. Salah satu masalah yang timbul adalah menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap partai politik. Meski demikian dinamika semacam itu jangan sampai berdampak negatif. Apalagi menjadikan diri pribadi sebagai orang yang anti Parpol.

Perlu diketahui bersama, sikap anti Parpol merupakan suatu tindakan yang amat sangat merugikan. Sebab hal tersebut dapat menyulitkan partai politik dalam melakukan perbaikan dan regenerasi. Untuk dapat mengatasinya, mau tak mau tiap-tiap Parpol membutuhkan suatu formula ampuh. Tentunya dengan maksud Parpol dapat menggandeng anak muda turut andil dan berpartisipasi di gelanggang politik.

Maka untuk mensiasati kondisi yang rumit ini dibutuhkan sebuah terobosan ampuh. Kebutuhan tersebut tak bisa ditawar-tawar lagi. Saya mengamati, untuk mengembalikan kepercayaan publik khususnya anak muda, memerlukan sosialisasi politik. Yakni mengingatkan para anak muda Indonesia yang terlanjur lupa. Bahwa sesungguhnya politik itu merupakan seni.

Kita semua sudah tahu bahwa pemuda adalah individu baik pria maupun wanita yang berusia 15-25 tahun. Ada juga yang mengatakan berkisar 18-35 tahun. Pada fase itulah disebut masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Anak muda sebagai kaum progresif merupakan sumber daya manusia paling potensial.

Dikatakan potensial karena selain penerus masa depan bangsa, para pemuda adalah agen perubahan dan penyampai aspirasi yang kritis. Terlepas dari itu semua, anak muda identik dengan segala hal yang berkaitan dengan seni. Baik itu seni melukis, beladiri, bermusik, berdakwah dan lain sebagainya. Namun sayangnya banyak orang khususnya anak muda lupa, bahwa politik juga merupakan sebuah seni.

Tidak sedikit generasi muda Indonesia mendefinisikan politik secara bebas. Sejujurnya, saya sangat prihatin apabila mendengar pernyataan “politik itu kejam” terlontar keluar dari mulut beberapa pemuda. Jelas sekali pernyataan semacam itu merupakan upaya pembodohan akal pikiran manusia. Opini yang menilai politik sebagai suatu kekejaman tentu tak memiliki landasan pemikiran yang jelas dan mendasar.

Saya merasa anak muda Indonesia perlu diingatkan kembali tentang apa arti politik itu sendiri. Politik dalam bahasa Arab disebut Siyasyah dan oleh pribumi diterjemahkan menjadi siasat. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan politics.

Sebelum adanya disiplin ilmu politik, manusia telah sejak dulu berpolitik atau bersiasat. Baik berpolitik dan bersiasat dalam perang, perdagangan maupun kedaulatan sebuah kerajaan. Tujuannya sangat klasik, yakni menciptakan kesejahteraan, perdamaian, kemajuan dan eksistensi seseorang atau golongan. Mengacu pada beberapa poin tersebut maka sangat wajar jika manusia dikatakan sebagai makhluk politis disamping disebut sebagai makhluk sosial.


Politik, selain merupakan suatu disiplin ilmu sangat mungkin disebut suatu seni. Seni adalah suatu kemahiran yang diperoleh dari bakat dan pengalamannya. Sementara seni politik adalah kemampuan atau cara yang dijalankan secara terkonsep dalam upaya mengatur dan memerintah suatu wilayah dan sistem pemerintahan. Orang yang berpolitik biasa disebut politikus, namun mereka layak pula dikenal sebagai seniman politik.

Ada yang khas dari apa yang dinamakan seni, yaitu dapat dipelajari secara otodidak. Tak berbeda dengan politik yang juga dapat dipelajari secara otodidak. Hanya saja untuk menyebarkan pengaruh politik agar lebih luas, seniman politik butuh kendaraan yang mampu untuk mengantarkannya. Kendaraan itu tak lain dan tak bukan adalah partai. Sehingga menjadi kader suatu partai merupakan salah satu langkah paling jitu untuk menyebarkan pengaruh politik.

Partai adalah tempat strategis dalam melakukan beragam upaya yang mampu memberi banyak manfaat untuk orang banyak(rakyat). Parpol membawa ideologi, nilai-nilai dan cita-cita. Sangat disayangkan jika organisasi dengan tujuan khusus tersebut diisi oleh seniman politik yang sudah tak lagi muda. Jika dibiarkan akan berdampak pada kekuatan partai itu sendiri. Sebab bukan tidak mungkin permasalahan krisis kader sewaktu-waktu menjadi ancaman serius bagi suatu Parpol. 

Guna menghindari krisis kader, alangkah bijaksana bila partai memberi ruang bagi kader muda. Langkah paling konkret adalah dengan mengajak para anak muda menjauhi sikap antipolitik. Dengan sosialisasi politik yang dikemas menarik, besar kemungkinan tingkat kepercayaan anak muda terhadap Parpol kian bertambah. Bahkan dapat menarik minat para seniman politik non partisan untuk bergabung dalam satu kelompok partai.

Poin penting yang mesti disoroti anak muda adalah jangan menganggap politik sebagai sesuatu hal yang rumit. Meskipun kita tahu bahwa berpikir secara filosofis tentang politik itu baik. Namun perubahan besar menuju perbaikan mustahil dilakukan seorang diri. Anak muda yang tangguh tidak berpangku tangan dan panjang angan-angan dalam mengharapkan suatu perubahan. Anak muda pun membutuhkan sosok panutan yang memiliki pemikiran brilian serta prinsip yang kuat dalam berpolitik. Maka pilihan menjadi kader suatu Parpol itu sama dengan menyempurnakan seni berpolitik yang diperoleh secara otodidak. 

Mengembalikan hak anak muda. Saatnya kita semua sadar, bahwa anak muda bukanlah alat politik. Anak muda adalah individu yang menjadikan politik sebagai alat menuju tatanan kehidupan yang lebih maju dan sejahtera. Anak muda sangat mungkin dibina menjadi seniman politik yang lihai. Ingatlah, apapun akibat yang lahir dan terjadi karena sebab-sebab politik itu merupakan suatu karya politik. Sehingga diharapkan pada masa yang akan datang, akan banyak bermunculan karya-karya politik dari para pemuda. Yakni beragam kebijakan politik yang brilian dan kaya akan manfaat-manfaat besar untuk bangsa.

Rabu, 05 Oktober 2016

18 Kata-kata Mutiara Filosofis

18 Kata-kata Mutiara Filosofis
18 Kata-kata Mutiara Filosofis

Terkadang tak sedikit dari kita berkeluh kesah akibat serbuan kesulitan yang datang silih berganti. Sehingga kita pun merasa membutuhkan beberapa nasihat ringan yang tak menghakimi diri. Berikut ini tersaji 18 Kata-kata Mutiara Filosofis. Tak dipungkiri, keindahan rangkaian kata-kata dapat menentramkan hati siapa saja yang membacanya. Selain itu 18 Kata-kata Mutiara Filosofis pun dapat memotivasi, baik bagi penulis atau pengucapnya maupun pembaca juga pendengarnya.

Berikut ini 18 Kata-kata Mutiara Filosofis yang bisa kita jadikan renungan dan dipahami secara mendalam. Mari lanjutkan membaca dengan tidak tergesa-gesa.


1. Dan ingatlah, kita tahu kita tak selalu benar.

2. Kebutuhan memang tak semahal keinginan.

3. Jangan menganggap itu berat, jangan pula meremehkan. Jangan merasa dipersulit, sebab di situ terdapat kemudahan.

4. Kejujuran itu pahit rasanya. Tapi kunyah dan telanlah, sebab itu menyehatkan otak dan hati kita.

5. "Rakyat yang baik adalah rakyat yang patuh terhadap pemimpinnya. Serta tak membiarkan pemimpinnya berjuang sendiri untuk wilayahnya. Sedangkan berbeda pendapat adalah anugerah yang indah," Handry Lumban Purba

6. Terkadang orang yang peduli dengan kampung halamanmu adalah mereka yang non pribumi.

7. Aku terinspirasi mereka maka akupun berharap agar tulisan dan ucapanku menginspirasi mereka.

8. Tafsir politik yang belum diterjemahkan cenderung sulit terjamahkan.

9. Boleh keras kepala yang penting jangan keras hati.

10. Menguatkan ikatan yang sudah terjalin itu bagus. Apalagi sampai mereka ikut menguatkan ikatannya. Mandiri itu baik, tapi kerja sendiri itu tak menghasilkan sesuatu yang hebat.

11. "Dalam memahami orang lain terkadang memang lebih baik apa yang ditulis dan dibaca, ketimbang diucap dan didengar," Handry Lumban Purba

Baca juga : 35 Kata-kata Bijak Handry Lumban Purba


12. Niat baik memang tak selalu direspon dengan baik. Sudahlah, biar waktu saja yang membuktikannya.

13. Lakukanlah apa yang kau mau dan aku pun melakukan apa yang aku mau. Bagimu surgamu dan bagiku surgaku.

14. Aku ingin diriku, kau, dia dan mereka melebur, bercampur, membaur. Namun tak hancur juga tak tergusur terlebih berlari mundur.

15. Janganlah kamu mudah percaya kepada orang yang jika kemarin mengucapkan suatu janji, lalu berkata lain pada hari ini sedangkan besok pernyataannya telah berbeda untuk kesekian kalinya.

16. Tak terlihat bukan berarti tak ada.

17. Berani bicara, berani mengamalkan. Berani Beresiko, berani bertanggung jawab.

18. "Saya menyempurnakan anda sebagaimana anda menyempurnakan saya dan itu keliru," Handry Lumban Purba

Demikianlah 18 Kata-kata Mutiara Filosofis yang berhasil dirangkum oleh Mediasi. Semoga tutur katanya bisa memberi manfaat serta menginspirasi kita semua. Amin.

Komunitas Pinggir Kontrakan

Komunitas Pinggir Kontrakan
K.P.K

Keripik Daun Melinjo

Keripik Daun Melinjo
Khas Bekasi